Kamis, 14 Februari 2013

Lily Seorang Anak Yang Manis



             Pada suatu hari, Di sekolah SMPN 1 Tenggarong. Lily Dewi Saputri atau biasa dipanggil Lily, yang dulunya kelas 8 SMP sekarang sudah naik kelas ke kelas 9 SMP.Dikelas 9 ini dia tidak terlalu mengenal orang-orang yang ada dikelasnya. Lily adalah anak yatim piatu, Ibunya meninggal saatmelahirkan Lily, dan ayahnya meninggal saat Lily masih kelas 3 SD karena setres dipecat dari pekerjaanya. Lily sekarang tinggal bersama Bibinya. Walaupun hidupnya berat, tapi Lily masih bisa tersenyum dan tertawa.
“Lily…”Suara teriakan seorang anak laki-laki yang sangat familiar itu terdengar dari arah luar kelas. Lily pun menghampirinya danberkata “Iya? Ada apa Dani?”, M. Dani Sarjana atau biasa dipanggil Dani adalah seorang anak laki-laki yang sudah Lily kenal semenjak SD kelas 5. Dani adalah orang yang baik dan sangat beruntung karena memiliki orang tua yang kaya raya.Tapi meskipun Dani kaya, dia sangat jarang bisa berbicara bersama orang tuanya karena mereka sangat sibuk. “Pulang sekolah ini kau sibuk gak?” Ucap Dani. “Enggak kok… Memangnya ada apa Dan?” balas Lily. “Oh.. Kau bisa tunggu didepan kelasmu dulu gak sepulang sekolah ini? Ada yang ingin aku bicarakan” Dani menanyakan. “Bicarakan apa? Kenapa gak sekarang saja?” Lily mulai penasaran. “Pribadi Li” Dani berbisik-bisik.

TENG!!! TENG!!! TENG!!! TENG!!!
 








Bel pun berbunyi.“Lily sudah dulu ya. Bel sudah bunyi tuh. Aku masuk kelas dulu jangan lupa pulang seoklah nanti Li.”Dani pun pergi kekelasnya. “Bikin penasaran saja Dani ini” Bisik Lily dalam hati. Lily pun masuk kedalam kelas. Didalam kelas, ternyata Ahmad Putera Angkasa atau biasa dipanggil Putra mendengarkan apa yang Dani dan Lily bicarakan. Putra adalah sahabat Lily semenjak kecil, mereka berteman mulai TK. Putra adalah anak yang nakal, jahil, dan asik. Didalam hati Putra, sebenarnya Putra menyukai Lily. Putra menganggap Dani adalah Rivalnya. Putra tau bahwa Dani juga menyukai Lily, Putra berpikir pulang sekolah ini Dani akan segera menyampaikan isi hatinya ke Lily. Karena tidak mau Lily menjadi pacarDani, Putra sudah menyusun rencana untuk mendahului Dani.Putra dan Dani memang dulunya teman, tapi sekarang mereka adalah Rival.


Sepulang sekolah, Dani dengan cepat pergi kekelas Lily secepat mungkin. Sesampainya Dani disana, dia melihat Putra sedang asik berbicara dengan Lily. Didalam hati Dani memang kesal, tapi dia tidak mau melakukan kekerasan didepan Lily. “Hai Lily..” Sambut Dani. “Hai Dani” Balas Lily. “Hai” Lanjut Putra. Putra pun melanjutkan ceritanya bersama Lily, dan Dani cuma ikut mendengarkan.
Karena bosan mendengarkan, Dani pun berusaha mengalihkan pembicaraan. “Oh iya… Lily, tadikan aku ingin bicara sesuatu denganmu.” Ucap Dani hanya untuk mengalihkan pembicaraan dan sekaligus mengarahkan kerencana B. “Iya ya… Kamu mau bicara apa Dan?” Lily penasaran. “Ehem.. Putra, pembicaraan pribadi. Bisa kau pergi sebentar?” Dani berusaha mengusir Putra. “Oh.. Pribadi. Baiklah, tapi aku mau bicara dulu dengan Lily. Sebentar saja kok” Putra mengarahkan pembicaraan kerencananya. “Silahkan” Dengan muka bersahabat, Dani membiarkan Putra berbicara dengan Lily. “Lily.. Aku tau kita sudah bersahabat cukup lama. Tapi, aku tak pernah bisa memberitahukanmu sesuatu. Yaitu, Aku menyukaimu maukah kau menjadi pacarku” Dengan meraba tangan Lily, Putra menyelesaikan rencananya. Dengan keadaan “SHOCK”, Dani tak mau cinta Putra diterima. Tak memiliki rencana apapun lagi, Dani pun dengan perasaan hati yang bercampur-campur dari Shock, Kesal, Sedih, dan takut. Dani pun langsung saja berbicara tanpa memikirkan apapun. “Lily,, dengarkan aku. Aku juga mencintaimu, Aku sudah berencana akan menembakmu saat ini juga. Tapi, semuanya sangat berbeda dari rencanaku. Maukah kau jadi pacarku. Aku bisa membelikan apapun yang kau mau Li”. Dengan perasaan kesal, Putra pun membentak perkataan Dani “Hei!! Cinta tak pandang harta!! Gak perlu pamer kenapa?!! Lily jangan dengarkan kata-kata Dani!! Aku memang tak kaya. Tapi aku tulus mencintaimu”. Lily tak bisa berbicara lagi, Lily sama sekali tak menyangka bahwa semua akan terjadi seperti ini. Tanpa pikir panjang pun Lily berkata “Hm… Maaf Dan,, Put,, Aku tak memiliki perasaan cinta dengan kalian berdua. Aku menyukai kalian, sebagai teman-temanku saja, lebih tepatnya SAHABATku. Lagian sahabatkan lebih penting dari pada pacar. Aku tak ingin membuat kalian berdua berkelahi karena aku, mungkin kalau aku pergi dari kehidupan kalian berdua, kalian bisa mencari yang lebih dariku. Aku yakin kok.” Lily tersenyum kepada mereka berdua, dan pergi meninggalkan sekolah. Dani dan Putra merasa seperti orang idiot. Tapi mereka mulai berpikir. Sahabat memang lebih penting dari pada Cinta.

CINTA HANYA AKAN MEMBAWA KESEDIHAN
TAPI
SAHABAT MEMBAWA KECERIAAN

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar